oleh: Tata Danamihardja
Apa sih definisi pahlawan? Jawabannya mungkin akan sangat beragam. Tapi buat saya sederhana: orang yang berjasa. Itu saja. Ya, itu saja, tanpa embel-embel ini itu. Jadi, pada prinsipnya, semua orang bisa jadi pahlawan. Orang tua yang membesarkan kita, tetangga yang sering membantu kita, para guru yang telah mengajar kita, teman-teman yang telah menyenangkan kita, tukang becak yang mau-maunya mengantar kita, sopir angkot yang menolong kita merasakan nikmatnya naik mobil tanpa harus membeli, dan sebagainya. Bahkan saya pun menjadi pahlawan bagi saya sendiri, karena saya berjasa telah berusaha menjadikan diri saya seperti sekarang ini.
Siapa bilang pahlawan itu tanpa pamrih, tanpa mengharapkan apa-apa? Yang tidak pernah mengharapkan balasan hanya Allah Swt. Sementara manusia, sekecil apa pun pasti mengharapkan akibat yang baik dari apa yang dilakukannya. Bukankah berharap timbulnya akibat baik dari apa yang kita lakukan adalah pamrih? Saya mencari uang dengan harapan bisa bertahan hidup, tetap sehat, dan tidak tergantung kepada orang lain. Orang tua membesarkan kita dengan harapan anak-anaknya bisa mandiri dan hidup layak. Tukang becak mengantar kita, sudah jelas berharap dibayar, karena jika tidak, mana mau mereka mengantar kita sampai napasnya ngos-ngosan? Bahkan kita beribadah pun pasti dengan harapan - minimal- ibadah kita diterima.
Jadi secara prinsip, setiap orang adalah pahlawan. Yang membedakannya adalah kualitas dari kepahlawanan seseorang, berdasarkan pada akibat dari tindakan yang dilakukannya. Semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya, semakin tinggi pula tingkat kepahlawanannya. Orang tua saya mungkin bukanlah pahlawan bagi Anda, karena apa yang mereka lakukan tidak memberi manfaat apa-apa bagi diri Anda. Sebaliknya, bagi saya mereka adalah pahlawan besar karena telah menjadikan saya seperti sekarang ini. Para pejuang kemerdekaan adalah pahlawan bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya, bagi negara-negara yang menjajah kita, mereka adalah musuh yang harus ditumpas habis.
Maka, ketika gelar pahlawan menjadi sesuatu yang harus disahkan secara seremonial formal oleh penguasa, bagi saya pribadi hal itu merupakan penurunan derajat makna pahlawan. Apalagi jika yang terjadi adalah mengusulkan gelar pahlawan demi kepentingan politik, atau kepentingan-kepentingan dangkal lainnya. Mohammad Toha yang sampai sekarang tidak diakui negara sebagai pahlawan nasional, buat saya dan mungkin sebagian orang tetap seorang pahlawan. Kontribusinya bagi kemerdekaan Indonesia rasanya tak perlu diragukan lagi. Soal negera mengakui atau tidak, itu persoalan yang berbeda.
Makanya saya setuju dengan sikap Sultan Yogya yang menyatakan menolak gelar pahlawan bagi Sri Sultan Hamengkubuwono IX jika prosesnya adalah melalui pengajuan usulan dari keluarga. Pahlawan adalah pahlawan. Diakui negara atau tidak, tetap pahlawan. Meminta gelar pahlawan kepada pemerintah persis seperti kelakuan pengemis yang meminta sedekah. Pahlawan yang sesungguhnya hanya melakukan apa yang mereka anggap bisa mendatangkan kebaikan bagi sebanyak mungkin orang. Dan satu-satunya pamrih yang diharapkan pahlawan sejati adalah keridlaan Allah Swt.
Selamat merayakan Hari Pahlawan, sambil merenungkan apa yang sudah kita lakukan hingga saat ini.
Versi audio bisa Anda dengarkan di: http://www.facebook.com/pages/Tatas-Podcast/165669033459229
0 comments:
Posting Komentar